Seorang petugas sedang beristirahat setelah berkeliling mengambil sampah warga menggunakan gerobak. |
Saat kita berpapasan dengan truk sampah atau hanya mencium baunya saja, kita sudah pasti mengeluh bahwa baunya tersebut sangat menggangu kita. Tapi, apa respon kita? Lagi-lagi tindakan kita hanya menutup hidung.
Sebelum kita membahas lebih jauh tentang sampah, baiknya kita memahami definisi sampah dan mengenali berbagai macam jenis sampah.
Menurut om Wiki, ensiklopedia populer di dunia Maya, definisi sampah adalah material sisa yang tidak diinginkan setelah berakhirnya suatu proses. Sampah didefinisikan oleh manusia menurut derajat keterpakaiannya, dalam proses-proses alam sebenarnya tidak ada konsep sampah, yang ada hanya produk-produk yang dihasilkan setelah dan selama proses alam tersebut berlangsung".
Ragam jenis sampah dan pengolahannya.
Semenjak belajar jadi tukang sampah di tahun 2008 sampai hari ini, jenis sampah yang gw ketahui hanya ada 3, yaitu, sampah organik, sampah non-organik dan sampah bahan berbahaya beracun (B3). Ketiga jenis sampah tersebut tentunya mendapat perlakuan berbeda untuk pengolahannnya. Dari pengolahan yang paling mudah sampai pengolahan yang rumit, bakalan kita temui. Dari ketiga jenis sampah yang ada, gw baru melihat dan pernah mencoba pengolahan sampah organik dan non-organik. Untuk sampah B3, sejauh ini belom pernah sekalipun gw terlibat di dalam pengolahan sampah jenis ini. Jadi kita bedah yang gampang-gampang aja yak.
Pemilahan sampah |
Dari jutaan penduduk Jakarta, baik kaum yang beredar di siang hari hingga makhluk nokturnal di Jakarta biasanya akan menghasilkan sampah, dan setiap orang yang kita temui dapat ditanyakan apakah mereka mengetahui sampah organik? Semua orang tersebut rata-rata menjawab sampah organik adalah sampah basah atau sampah yang dapat busuk dengan sendirinya. Lalu sampah non-organik biasanya diartikan sebagai sampah kering atau sampah yang tidak dapat busuk dengan sendirinya.
Apakah jawaban tersebut betul? Kalo kata gw seeh betul-betul aja, sebab semua orang di kota ini pasti pernah menjadi "korban" sosialisasi gerakan pengolahan sampah. Baik yang datang karna diundang maupun datang karna makanan atau karna dijebak temannya yang bilang, eh kita Dateng keacara sosialisasi sampah yuk, lumayan ada makanan dan uang transportnya loh.
Ah kita balik lagi bahas sampah organik aja deh, biar cepet beres ini tulisan.
Sampah organik yang dihasilkan setiap harinya di rumah kita masing-masing sebetulnya bisa langsung kita olah di rumah kita sendiri menjadi Kompost. Cara pengolahannya pun sebetulnya nggak ribet, kita bisa membuat drum komposter sendiri, tapi, kalo kalian gak mau ribet, mendingan pesen aja Ama gw sini. Nanti bakalan ada tutorial membuat komposter sendiri. Kalo lagi gak males nulis, mungkin satu atau dua hari ini itu tutorial udah beres gw buat. Jadi tunggu aja yak.
Drum komposter |
Sampah organik yang telah jadi kompost dapat kita lihat dari perubahan fisik, yaitu, berwarna coklat/kehitaman menjadi granula atau bubuk, saat kita pegang biasanya akan terasa sedikit lembab karena masih terdapat kandungan air dari proses pembusukan. Setelah itu kita dapat memindahkan kompost tersebut ketempat penyimpanan. Dari pengalaman mengolah sampah organik, biasanya kita dapat memanen kompost dengan jumlah 1/4 dari sampah yang kita olah.
Dengan terkelolanya sampah organik langsung dari Sumbernya, setidaknya kita sudah berkontribusi terhadap pengurangan jumlah sampah DKI yang dibuang ke TPA. Oh iya, sebagai bahan renungan, sampah DKI saat ini sudah mencapai 7500ton per hari, dan Pemprov DKI harus membayar Rp. 500.000/ton (sumber : http://bit.ly/2vTggKM) Terlalu banyak kan uang yang harus dibayarkan hanya untuk membuang sampah. Jadi sebegitu dalamnya kan kantongnya Pemda karna kelakuan kita yang hanya mampu menutup hidung saat melewati penampungan sampah, tempat sampah ilegal maupun aroma busuk jejak truk pengangkut sampah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar