Translate

Senin, Oktober 31, 2016

Dengarkan, dalami dan temukanlah tautan itu. Membangun kelompok Pengolahan Sampah di Desa Sarongge


Sarongge, 8/10/16, saat matahari sudah berada di peraduan, segelas kopi sebagai pembuka hari merupakan salah satu ritual bagi volunteer trashi untuk menghangatkan suasana diskusi.

Pagi itu, pak jae (Ketua RT 01), kang Bucek, kang yadin, kang nasir, beserta volunteer Trashi yang terdiri dari Nai, Ichay, Rhino, Erik dan Rian, kembali melakukan pendalaman tentang problem pengelolaan sampah.


Dengan gayanya yang supel, nai coba mengajak semua orang untuk lebih dalam menggali problem serta potensi yang ada untuk mensinergikan kerja pengolahan sampah di tiap rt yang menjadi target program pendampingan oleh Trashi.
Nai menyampaikan kepada pak jae bahwa salah satu kelompok yang sudah mulai melakukan pengolahan sampah di Sarongge berada di RT 03.

Dengan raut wajah serius, pak jae melontarkan pertanyaan. Sampah apa saja yang bisa dikelola? Seperti apa hasilnya?
Harapan kami sesungguhnya sangat tinggi untuk mampu mengelola sampah secara mandiri. Namun, kami belom mengerti bagaimana mewujudkannya?
Bagaimana kalau malam nanti berkumpul kembali untuk melanjutkan diskusi ini? sayang kalau hanya saya sendiri yang larut dalam diskusi ini.

Sambil menghabiskan sisa kopinya, pak jae kemudian menutup diskusi ini agar dapat menginformasikan kepada warganya untuk hadir dalam diskusi malam nanti.

Pertemuan Avatar tanah, tukang peta, dan lanskap yang tersaji indah.



Siang ini, dua orang avatar tanah (tim uji kandungan tanah) yang terdiri dari Martin dan putri Tiba, disusul mas rohim kemudian sebagai tukang peta. kehadiran tiga orang relawan ini disambut oleh hamparan lanskap yang indah.

Hembusan angin dari Selatan membawa pergi awan, sehingga barisan perbukitan di bawah kami terlihat dengan jelas. Lanskap kota Cianjur, Bandung terlihat indah dari lokasi kami menghabiskan kopi. Namun, Hamparan lanskap yang indah ini harus dibarter dengan dingin yang menusuk tulang.

Dingin, sore ini terasa lebih dingin dari hari-hari sebelumnya, Ucap nai kepada rohim yang sedang meneguk kopinya. Keduanya kemudian mengutak-atik hp, 18°c ucap nai kepada rohim.  iya, 18°c, rohim mengkonfirmasi, Pantas terasa dingin.

Menjelang Maghrib, suasana saung Sarongge mulai terasa hangat, 13 orang yang berada di dalam saung mulai menghangat kan diri dengan candaan ditengah suasana diskusi sore itu. Dalam diskusi tersebut, saya meminta kesediaan kang bucek untuk mulai mendelegasikan pemuda agar segera menindaklanjuti proses transfer pengetahuan tentang pengolahan sampah yang akan dilakukan untuk warga Sarongge.




Beri saya minimal 2 orang pemuda dan maksimal 5 orang untuk menjadi bagian dari proses transfer pengetahuan pengolahan sampah hingga menjadi tukang sampah,  ucapku kepada kang bucek. Saya khawatir jika saya diberikan 7 orang pemuda, orientasi kami nanti berubah.
Saya khawatir kami malah akan membentuk boi band. Permintaan itu malah disambut tawa oleh kang bucek dkk.

Oke, sebetulnya hal ini ( keterlibatan pemuda lainnya) memang harus segera ditindaklanjuti,  pasca bertanya kepada kang bucek, kang nasir, dan ibu wiwik, bapak Deden menyatakan bahwa mereka akan segera mengirim orang agar bisa belajar tentang mengolah sampah sehingga apa yang direncanakan bisa terjadi.

Hukum pertautan antara petani dan sampah.

Untuk mewujudkan sinergitas antara hal satu dan lainnya, hal dasar yang harus kita ketahui dengan baik adalah hukum pertautan yang ada di sekitar kita. Tautan ini memang tidaklah terlihat kentara, apalagi  jika kita tidak bisa menggalinya dengan baik. Tautan demi tautan tersebut, sebetulnya berada pada satu wilayah yang sama, namun, kita harus bisa menemukannya.

Jika pada pertemuan sebelumnya, salah satu tautan yang telah ditemukan adalah ibu Yuyun. Kini, tautan yang sama juga ditemukan di lingkungan Rt 1, yaitu, bapak Dede. Namun, hal ini hanya diketahui oleh satu orang saja, yaitu ibu Khodijah yang merupakan istri bapak Dede.

Penemuan tautan ini bisa menjadi pelengkap menuju sinergitas pengolahan sampah di Sarongge. Terbukanya tautan memudahkan proses identifikasi, rencana kerja dan penguatan kelompok warga dalam mewujudkan capaian. Salah satu tautan lainnya adalah kebutuhan pupuk organik bagi warga RT 01, berdasarkan keterangan pak jae, kebutuhan pupuk organik di wilayahnya bisa mencapai 500kg per petani dalam satu bulan. Kebutuhan tersebut saat ini lebih banyak di dapatkan dengan membeli dari luar wilayah Sarongge.


Pak jae sebelumnya pernah mencoba membuat pupuk organik sendiri, namun hal tersebut kini tidak dapat dilanjutkan karna tabung komposter yang dia buat dicuri oleh orang.

Saat ditanya apakah dirinya masih bersemangat untuk memproduksi pupuk sendiri, ia pun menyanggupi dengan catatan bahwa kebutuhan peralatan produksi pupuk organik bisa di dapatkan olehnya.

Dalam diskusi bersama warga Rt 01, mengemuka sebuah harapan bahwa warga berharap dapat menyelesaikan pengolahan sampah di lingkungannya sendiri, minimalnya dapat melakukan pengolahan sampah organik untuk dipergunakan kembali pada lahan pertanian masing-masing.

Membangun kesadaran lingkungan pada anak-anak


Siang itu, 9/10/16, tiap anak mengabarkan kepada anak-anak lainnya di lingkungan RT 03. Tiap anak menginformasikan untuk segera membawa sampah rumah yang telah dikumpulkan sebelumnya. Satu persatu kantong plastik berisi sampah dibawa untuk di timbang.

Dengan malu-malu seorang anak membawa sekantong sampah, kemudian ia mendekat kami, lalu ia berkata, Aa, ini sampahnya, silahkan ditimbang. Nanti teman-teman yang lain juga kesini, sekarang mereka sedang pulang untuk mengambil sampah yang telah dikumpulkan.

Tak lama berselang, tiga orang anak lainnya datang dengan membawa kantong sampah masing-masing.
Ayoo cepat sampahnya dibawa, untuk ditimbang, ucap Rhino yang bertugas menjadi penimbang sampah saat itu. Hasil  penimbangan dari delapan orang anak tersebut mencapai 8.99kg.

Setelah selesai melakukan penimbangan sampah, anak-anak kemudian diminta masuk ke dalam rumah kopi untuk mengikuti dongeng yang dibawakan oleh Nusantari.



Ayoooo semua silahkan duduk dengan manis, ucap Nunu. Permintaan tersebut diikuti oleh anak-anak, mereka kini duduk melingkar dengan wajah penuh tanya.
Sejurus kemudian Nunu mulai membuka tas yang di dalamnya berisi peralatan mendongeng. Ayo adik-adik mau mendengar dongeng tentang apa? Kakak punya beberapa cerita yang bisa dibacakan untuk kalian loh. Tapi, kita harus memilih salah satu cerita yang akan dibacakan.
Setelah bersepakat. Anak-anak kemudian memilih buku cerita tentang 3 anak burung yang tinggal di sebuah gunung. Dengan antusias semua anak mengikuti dongeng tersebut, bahkan diantaranya ada yang menganga karna terlalu serius menyimak Dongeng yang dibacakan oleh kak Nunu. Dongeng tersebut berisi sebuah pesan, yaitu, bahwa tidak ada sesuatu hal yang tidak mungkin bisa kita capai jika kita telah mengerjakannya secara bersungguh-sungguh.

Setelah cerita telah selesai dibacakan, kini, kak Nunu meminta kepada anak-anak di untuk mulai menceritakan lingkungannya masing-masing melalui sebuah gambar.
Satu persatu gambar yang telah dibuat oleh anak-anak tersebut diceritakan kembali, Sinta karnia, Mecoba menceritakan lingkungannya. Dia menyambar sebuah rumah yang memiliki pekarangan yang digunakan untuk membakar sampah plastik yang dihasilkan oleh keluarganya.
Setelah bercerita tentang gambar, Nunu mencoba memberikan sebuah informasi kepada anak tersebut bahwa jika kita membakar sampah di rumah, maka asap yang dihasilkan oleh sampah akan berbahaya bagi kita dan lingkungan, jadi, saat ayah, ibu atau saudara kalian ada yang membakar Sampah, nanti kamu informasikan yah, jika asap sampah tersebut akan menimbulkan penyakit jika sampai terhirup. Jadi adik-adik sudah mulai memberitahukan kepada bapak, ibu dan saudaramya bahwa sampah tadi tifak perlu dibuang. Sampah tersebut nanti bisa diserahkan kepada kelompok pengolah sampah.

Gimana adik-adik, setuju? Setuju kak, jawab anak-anak secara bersama-sama.


Tanpa sadar, waktu sudah menunjukkan jam 3 sore. Sebelum menutup kegiatan, kak Nunu memberikan hadiah berupa alat gambar, kak Nunu kemudian berpesan, silahkan digunakan alat gambarnya, silahkan juga informasi tentang bahaya membakar sampah untuk diberitahukan kepada yang lain. Sekarang adik-adik silahkan kembali ke rumah, karna adik-adik kan harus pergi mengaji. Tak lama kemudian anak-anak tersebut berbaris rapih dan menyalami kak Nunu untuk pamit.

Yadin kemudian menyambangi kami di rumah ibu etin. Dia menyatakan bahwa mobil untuk turun kebawah sudah siap. Ayo kang kita pulang, ucap Yadin.

Jangkrik boss, ucap Abah saat kami berpamitan, ucapan tersebut menandakan bahwa acara hari ini berjalan dengan baik.
_____________________________________________

Muka teman nakal saya, silahkan diingat baik-baik, barangkali ketemu dengan mereka.


Supaya teman-teman gak bingung dengan bahasa yang saya gunakan, berikut ini adalah glosarium atau kamus bahasa versi saya :
- Avatar Tanah : tim relawan yang bertugas untuk mengukur kualitas tanah beserta kandungan yang ada di tanah tersebut.
- Tukang Peta : Relawan yang membantu tugas pemetaan wilayah. 

Tidak ada komentar:

Disqus Shortname

Comments system