Translate

Rabu, Desember 07, 2011

25 Hari Menuju Siklus 5 Tahunan Sungai Ciliwung

Penghujung tahun hanya tinggal menghitung hari. Awal tahun 2012 akan menyambangi kita, entah benar terjadi kiamat atau tidak, Belum ada yg tau pasti apakah benar terjadi di tahun 2012 nanti.
Kita tidak perlu mengingat jauh mengenai ramalan kiamat yg akan datang pada tahun 2012 dan melupakan siklus 5 tahunan Ciliwung yang takkan pernah terelakan. Kita hanya perlu menghitung hari untuk mengetahui apakah ciliwung akan meluapkan amarahnya yg terpendam selama ini stelah mengendap menjadi pendangkalan sungai dan sediment di bantaran sungai.
Mungkin kita lupa ataupun selalu melupakan bahwa kita masyarakat jakarta hidup berdampingan dengan sungai ciliwung. Ada 72 kelurahan yg berdampingan dan dilintasi oleh sungai ciliwung, yang tentu saja sudah hidup bersama-sama sungai selama puluhan tahun dan mengalami masalah yg sama yaitu banjir siklus lima tahunan ciliwung. Luapan sungai ciliwung yg terekam sejarah kota batavia pada tahun 1918 dan pada tahun sebelumnya membuat pemerintah belanda saat itu memikirkan bagaimana mengelola sungai ciliwung dengan baik dan mempersiapkan diri bersahabat dengan ancaman bencana yg tidak dapat ditolak dengan cara membuat banjir kanal barat agar banjir tersebut dapat dikelola dengan baik.

Jika pada masa pendudukan belanda di batavia menganggap bahwa banjir merupakan hal yang tidak dapat ditolak, mereka meminimalis resiko dengan membuat banjir kanal barat yang dialirkan melalui wilayah selatan jakarta dan merencanakan pembangunan banjir kanal timur dan terhalang biaya sehingga menunda proses pembuatannya. Berbeda halnya dengan pemerintah saat ini yang mempunyai sudut pandang bahwa banjir adalah proyek untuk memperkaya diri ditengah ancaman bencana banjir. Pengelolaan sungai yang tumpang tindih antara lembaga pemerintah, aparat pemerintah lokal (kelurahan,kecamatan dan walikota) yang daerahnya dilintasi oleh sungai ciliwung lebih memilih diam tanpa kata dan tindakan. berpasrah diri menganggap bahwa banjir merupakan takdir yg diciptakan tuhan sehingga mereka tidak perlu memikirkan bagaimana warganya bisa hidup berdampingan dengan ancaman bencana banjir.

Memang banjir tidak dapat ditolak, namun setidaknya pemerintah harus berperan aktif membangun komunikasi bersama komunitas peduli ciliwung maupun komunitas lainnya yg mengangkat isu mengenai ciliwung untuk mengedukasi warga dalam pengelolaan sampah, dan membangun tingkat kesadaran bagaimana mengelola bencana tanpa harus tergantung pada tangan pemerintah yang nyatanya mengambil keuntungan dari bencana banjir.

Yang saya pahami, banjir setiap tahunnya selalu lebih besar dari tahun sebelumnya. Belum lagi permukaan daratan jakarta yg setiap tahunnya menurun sebanyak 3-5 cm/tahun. Jadi wajar saja jika ciliwung meluapkan amarahnya dan menggenangi daerah jakarta dan semakin besar.
Dengan menyadari diri bahwa banjir 2012 yg akan datang kemungkinan akan lebih besar dari banjir jakarta sebelumnya, tidak ada salahnya kita mulai melakukan tindakan untuk meminimalisir banjir tersebut dengan cara tidak membuang sampah ke sungai dan mengkampanyekan lebih aktif lagi kepada tetangga kita untuk “mengembalikan fungsi sungai sebagai sumber kehidupan” sehingga masyarakat jakarta maupun wilayah lain yang dilintasi oleh sungai ciliwung lebih mengerti bagaimana mereka harus mensikapi sungai dalam keseharian mereka.

Jika kita dapat bersahabat dengan alam, maka alampun akan mencintai kita dengan caranya bahkan dia akan memberikan cintanya kepada kita sebagai hubungan timbal balik yang saling menguntungkan.


Green Camp Halimun
6 Desember 2011
Fadhel achmad

Tidak ada komentar:

Disqus Shortname

Comments system