Translate

Senin, Desember 12, 2011

Mengembalikan Funsgi Sungai Sebagai Sumber Kehidupan #nimbrung di ciliwung edisi wiken ceria @bojong gede



Hamparan hutan bambu memberi keteduhan, suara teriakan anak-anak kampung sekitar yang sedang bermain dan mandi di sungai memecah keheningan bantaran sungai yang awalnya hanya diisi oleh suara riak air. Bening agak kehijauan laksana batu zamrud yg berbentuk cair mengisi daerah aliran sungai. Penambang batu dan pasir tradisional yang sibuk mengais nafkah demi hidupnya pun terlarut dalam kisah sungai yang mempunyai seribu arti dan fungsi bagi masyarakat bantaran sungai ciliwung di wilayah kampung gelonggong bojong gede. Berbagi tempat, berbagi makna dan berbagi kehidupan sehingga kami merasa ciliwung perlu dicintai secara mendalam.
Puas, senang, dan keriangan yang hanya bisa didapatkan ketika kami menyambangi kampung gelonggong, bojong gede untuk menghabiskan waktu sambil nimbrung di ciliwung edisi wiken ceria. Bermain di sungai sudah kami mulai tanpa harus menunggu aba-aba.
Tak ada seorang pun yang menolak dirinya untuk menceburkan diri bermain air, dan mandi di sungai. Tak ada sekat, tak ada rasa malu dan tak ada batas untuk mengenali dan mengeksplorasi ciliwung lebih dalam agar rasa cinta terhadap sungai ciliwung lebih besar dapat tumbuh dihati kami sehingga memberikan makna bahwa kelestarian sungai ciliwung sebagai sumber kehidupan harus tetap terjaga.
Bermodal ban dalam mobil bekas kami mencoba mencari kepuasan. Riam dan jeram dibeberapa titik memacu adrenalin. Kami merasa tak perlu membuang uang ratusan ribu rupiah untuk memuaskan adrenalin dan bermain air (berenang) jika ternyata sungai ciliwung dapat memberikan itu semua. Hanya mengeluarkan uang yg besarannya sepuluh ribu untuk transportasi, murah bukan.
Setelah berjam-jam waktu yang kami lewati karna bermain air, membius kami dan akhirnya terbawa suasana sehingga tak terasa waktu sudah jam dua belas siang. Suara azan mengingatkan kami untuk “maksiat” (makan, istirahat dan sholat) sehingga kami harus naik sejenak dari air untuk melaksanakan hal tersebut.
Setelah melaksanakan shalat. ada sebuah bakul nasi, tumpukan piring, sepanci besar sayur, lalap dan sambal gandaria yang diletakan diatas meja bambu yang memang disiapkan untuk makan siang kami. Lagi-lagi tanpa menunggu komando kami mulai bergerak cepat untuk makan siang.
Sambil bertanya-tanya dalam hati, sayur apakah ini? Lalu kutuangkan saja kedalam piring yg sudah ku isi nasi. Kunikmati makanan tersebut.
Sambil makan, ku coba bertanya kepada kawan. Bang sayur apa ini? Lalu dengan suara tegas bang udin menjawab “kenapa emang? Enak yah. Ntu sayur rebung (tunas bambu muda), kalo mau makan rebung mah disini banyak, Tinggal masuk hutan bambu dan petik”.
Sambil makan, aku mencoba merefleksikan kegiatan ku tadi saat susur kampung. Memang kawasan ini adalah salah satu kawasan konservasi hutan bambu, jadi tidaklah sulit mencari tunas bambu muda untuk dijadikan santapan. Selesai makan, ku kembali kedalam air.
Namun kali ini kami harus berjalan kaki kedaerah atas yg jaraknya skitar 1 km dari lokasi istirahat karna pada lokasi berikutnya kami merencanakan bermain jeram menggunakan ban dalam mobil bekas. Setelah sampai lokasi, kami mulai menyemplungkan diri kedalam sungai. Menikmati jeram demi jeram yg tersedia. Namun perasaan senang bermain jeram harus dicampur dengan rasa sedih, hal ini dikarnakan saat kami bermain tubing kami menemukan banyak sampah yg mengapung di sungai. Dalam hati ku mengumpat, sial banyak sampah styrofoam. Dasar orang dungu, Mengapa kalian membuang sampah ke sungai. Sehingga mengurangi eksotisme dan keindahan sungai ini.
Puas bermain tubing, kami kembali ke daratan. Membagikan cerita dan pengalaman kami saat bermain tubing. Saat hendak melakukan tubing kembali, hujan mengguyur dan suara petir yang tak henti-henti membuat kami berfikir ulang untuk kembali turun ke sungai. Akhirnya kami memilih menghabiskan waktu untuk berbagi cerita pengalaman kami hari ini.

Kami bercerita tentang kesenangan, keindahan, eksotisme ciliwung yang kami dapatkan saat nimbrung ciliwung sesi wiken ceria @bojong gede, Dan waktu pun menunjukan kepada kami bahwa saat ini adalah batas kami untuk menyudahi aktifitas dan harus kembali kerumah masing-masing. Kemudian kami pun memulai packing dan bersiap kembali kerumah masing-masing dan alampun mengijinkannya dengan menghentikan hujan sehingga kami bisa melangkah pulang.
Bojong gede, 11 des 2011
Fadhel achmad

Tidak ada komentar:

Disqus Shortname

Comments system