Foto : Tumpukan sampah sehari-hari warga Tanjung Pakis, Karawang, Jawa Barat |
Habit, atau dengan
arti lokalnya adalah kebiasaan. Jika
menurut definisi Bahasa Indonesia yang baik dan benar. “habit” adalah “Antara
pola untuk melakukan tanggapan terhadap situasi tertentu yang dipelajari oleh
seorang individu dan yang dilakukannya secara berulang untuk hal yang sama” (Referensi: http://kamusbahasaindonesia.org/kebiasaan#ixzz2GwM10Nv4).
Namun definisi “habit” menurut ilmu psikologi adalah “Kebiasaan (atau wonts) merupakan rutinitas dari perilaku yang diulang secara teratur dan cenderung terjadi sadar “ (http://en.wikipedia.org/wiki/Habit_%28psychology%29).
Namun definisi “habit” menurut ilmu psikologi adalah “Kebiasaan (atau wonts) merupakan rutinitas dari perilaku yang diulang secara teratur dan cenderung terjadi sadar “ (http://en.wikipedia.org/wiki/Habit_%28psychology%29).
Habit dapat
menjelma menjadi hal yang menyeramkan jika tidak adanya dorongan untuk berubah
baik secara sadar dan perlahan (faktor internal) yang menunutut perubahan dari
dalam diri, atau melalui bujuk rayu maupun secara paksaan (faktor eksternal). Habit yang cenderung merugikan adalah bad habit. Dalam kasus yang saya temui
adalah kebiasaan masyarakat membuang sampahnya sembarangan. Entah siapa yang
memulai kebiasaan buruk ini hingga diwariskan secara turun temurun kepada
masyarakat, baik golongan masyarakat kecil sampai masyarakat tingkat atas yang
katanya berpendidikan tinggi dan memiliki tambahan huruf setelah nama akhirnya.
Berbicara tentang “bad habit”,
maka kita dapat melihat banyaknya kebiasaan masyarakat kita yang gemar “membuang sampah tempatnya pada kemana?”
dengan bahsa lainnya adalah “sembarangan”. Kebiasaan ini tentunya dilandasi
oleh sifat dasar manusia yang tentunya menginginkan kepraktisan dan tentunya
memiliki nilai pragmatis. Sehingga menyebabkan tumbuhnya budaya tidak ramah
lingkungan.
Kebiasaan ini berlaku secara turun temurun yang diwariskan
melalui alam sadar manusia, kebiasaan buruk tersebut direkam oleh benda yang
bernaung dalam tempurung kepala manusia yang berat rata-ratanya adalah 3 lb
atau 1,5 kilogram (berat rata-rata manusia dewasa). Kegiatan demi kegiatan yang
terekam tersebut biasanya menjadi sebuah kebiasaan.
Jika sedari kecil kita membiasakan aktifitas yang tidak
ramah lingkungan berupa membuang sampah sembarangan di depan anak-anak kita
yang masih belia. Maka memungkinkan juga hal tersebut diulang kembali oleh
anak-anak kita. Saat dia bisa berjalan, berlari dan melakukan aktifitasnya
secara mandiri. Maka tidak menutup kemungkinan bahwa hal-hal maupun keseharian kita tersebut menjadi
landasan sang anak memiliki bad habit.
Kebiasaan yang akhirnya menjadi budaya tersebut semakin hari
semakin sulit dikikis maupun dihilangkan. Sehingg butuh waktu yang cukup
panjang untuk kembali membangun sebuah kebiasaan yang baik. Namun saat kesadaran akan kebiasaan yang baik
mulai tumbuh, biasanya masyarakat yang mulai melakukan kebiasaan baik tersebut
mengalami problematika sendiri. Yaitu, tidak adanya dukungan oleh masyarakat
sekitar untuk ikut terlibat menuju perbaikan hidup tersebut.
Sehingga ancaman terhadap keberlanjutan hidup dengan
lingkungan yang layak didapatkan oleh semua orang dianggap menjadi utopis. Karna
tanpa keterlibatan semua orang, mimpi-mipi membangun sebuah kehidupan yang
ramah lingkungan ataupun lebih baik lagi menjadi mimpi yang tak terbeli.
"Fadhel Achmad" catatan temuan jelajah hilir Citarum, 2 - 3 Januari 2013.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar