Translate

Senin, Februari 10, 2014

Motif kain tenun adalah pesan yang disampaikan oleh leluhur melalui alam bawah sadar.

Proses Pembuatan Kain Tenun Pict By @Nbatara
 
Tradisi Menenun
Menenun merupakan tradisi turun-temurun yang dapat kita temui hampir di seluruh komunitas masyarakat adat Nusantara. Tradisi menenun adalah tradisi yang sudah berusia ratusan tahun. Motif yang tercipta dan tertuang pada kain tenun merupakan sebuah interaksi kepada leluhur, manusia dan alam yang harmonis sehingga memiliki nilai sangat berharga bagi keberadaan serta identitas masyarakat adat. Pada beberapa komunitas masyarakat adat, motif kain tenun adalah pesan yang disampaikan oleh leluhur melalui alam bawah sadar.

Ada dua tujuan bertenun yang dilakukan oleh perempuan adat. Pertama, tenun yang dihasilkan tentua memiliki nilai ekonomis sehingga menjadi pilihan sebagai mata pencaharian, Ke-dua menenun merupakan aktifitas sehari-hari para perempuan adat sebagai pengisi waktu luang setelah menyelesaikan pekerjaannya berladang. Lama proses pengerjaan kain tenun ini bisa memakan waktu hingga delapan bulan.

Proses pembuatan benang, Pembuatan benang tenun dilakukan dengan cara arif. Jari-jari lentik perempuan adat  mengambil buah kapas yang merekah di pohon, karena perempuan adat meyakini bahwa buah kapas yang telah merekah mempunyai kualitas terbaik untuk dijadikan benang. Setelah mengumpulkan kapas tersebut, jari-jari lentik itu kembali melakukan pekerjaannya yaitu, memintal kapas menjadi benang. Benang yang telah siap kemudian dicelupkan pewarna alami yang diambil dari beberapa jenis tumbuhan liar di hutan maupun kebun sendiri. Pewarnaan dilakukan dengan menggunakan daun “Ru Dao” untuk mendapatkan warna nila dan akar pohon “Ka’bo” untuk mendapat warna merah, warna kuning didapat menggunakan kunyit dan daun “Menkude”. Setelah warna meresap dan benang mengering, kemudian diikatkan pada alat pemintal tenun tradisional. Namun kerusakan hutan akibat ulah perusahaan tambang serta perkebunan kelapa sawit selama ini, jelas merugikan masyarakat adat. Sumber daya alam yang terkandung di dalam hutan dipaksa untuk punah, sehingga menghilangkan beberapa jenis tumbuhan lokal yang menjadi bahan baku pewarna alami kain tenun.

Kain tenun memiliki banyak fungsi diantaranya Sebagai busana sehari-hari, busana untuk tarian atau upacara adat, sebagai mahar, alat penghargaan dalam upacara kematian, alat pembayar denda adat, alat tukar (uang), perlambang strata sosial seseorang, serta alat penghargaan kepada tamu, hingga perangkat untuk menolak bencana.
Selain perusahaan tambang dan perkebunan kelapa sawit. Industri tekstil juga ikut berperan membunuh budaya bertenun yang merupakan warisan dari generasi ke generasi. Ekspansi kain tekstil yang murah serta tuntutan modernitas dalam berpakaian, ikut berperan menggusur keberadaan kain tenun.

Kain tenun yang cantik dan memiliki ciri khas tersendiri, kini mulai ditinggalkan oleh banyak orang. Pilihan murahnya kain tekstil buatan mesin menjadi primadona bagi banyak orang, penjajahan terhadap budaya melalui kain tekstil dan pakaian seolah menjadi hal yang biasa dan dapat diterima sebagai konsekuensi kemajuan peradaban.

Untuk menjaga kelestarian budaya, warisan para leluhur serta kelestarian hutan. Aliansi Masyarakat Adat Nusantara (AMAN) berupaya menghadirkan kain tenun tersebut ke hadapan Anda.
Falsafah hidup arif dan bijak serta harmonis dengan alam yang dimiliki oleh Masyarakat Adat dapat Anda pelajari melalui kain tenun tersebut.
Dengan membeli dan menggunakan kain tenun ini berarti Anda sudah mengadopsi gagasan, nilai-nilai, serta pandangan hidup masyarakat adat yang bijaksana serta hidup serasi dengan alam. Hasil dan keuntungan penjualan ini akan menjadi kontribusi bagi lestarinya alam, hutan, tradisi, budaya serta kearifan lokal yang diwarisi  oleh Masyarakat Adat Nusantara.***Fadhel Achmad
 

Tidak ada komentar:

Disqus Shortname

Comments system