
Sering kali kita melihat informasi terkini disampaikan oleh televisi, tapi TV sendiri kini cenderung menjadi sebuah hantu yag tidak menyeramkan tapi bisa membius semua tatanan yang ada di Negara ini. Korban dari hantu TV sudah banyak sekali, mulai dari seseorang yang mencuri TV sampai korban dari TV. TV dalam penyampaian sebuah informasi terasa sangat bermanfaat dan terkadang sangat menyesatkan, realitas yang seolah-olah diangkat oleh TV terkadang menjadi sebuah eksploitasi yang menyesatkan banyak orang dari segala macam usia.
TV juga mempunyai peran yang sangat besar dalam penyampain modernitas yang rumit, sehingga membuat banyak orang yang terkotak-kotakan karna TV. Dari acara yang dipoles habis dengan indah yang seolah-olah tanpa sebuah nilai yang eksploitatif dan cenderung menjerumuskan pemirsa kearah modernitas, modernitas yang diciptakan oleh market dalam pemenuhan rating sebuah stasiun TV.
Sebagai contoh; acara yang mengeksploitasi anak dan ibu guna kembalinya sebuah stasiun TV swasta agar bangkit dari keterpurukan rating TV. Acara ini dengan jelas mengeksploitasi anak dan ibu yang seolah-olah sang anak mempunyai talenta yang lebih dalam sebuah bidang, pada awalnya sang anak dan ibunda bersemangat dan berharap mereka akan masuk dalam sebuah acara TV, dan menjadi ibu dan anak yang unggul dalam suatu bidang tertentu. Pada mulanya sang bunda seolah-olah menyadari sang anak memiliki talenta yang cukup dan berharap anaknya akan mendapatkan sebuah kemenangan yang terbaik dengan sebuah kemurnian bakat dari anaknya yang sudah dari kecil coba dipaksakan dengan bermacam-macam kegiatan yang tidak dapat ditolak sang anak, saat anak kecil memang ada sebuah kesenangan tersendiri terhadap kegiatan yang diciptakan oleh orang tuanya dan pasar.
Lainpula dengan sinetron-sinetron yang ada, masyarakat seolah-olah dibius oleh dunia mimpi yang tercipta dalam sinetron-sinetron yang ada, Dari sinetron roman percintaan anak remaja sampai penderitaan yang setiap hari digeluti oleh simiskin yang tetap miskin, dan mereka akhirnya mencari kekayaan dengan cara-cara yang telah diajarkan oleh TV untuk melakukan pesugihan sebagai jalan keluar dari jerat kemiskinan, dan akhirnya si sobron bunuh diri gara-gara cape digebukin ama ibu tirinya atau orang tua angkatnya itu.
Ibu saya-pun selalu tertarik oleh tayangan yang bernuansa mistik dan roman picisan yang ditayangkan oleh sebuah stasiun TV, sehingga bersedia melakukan pekerjaannya sambil menonton TV. TV layaknya seperti nabi yusuf yang telah diberikan kecakapan sehingga membius para ibu rumah tangga dan rela menelantarkan anak, suami, dan pekerjaannya.
Ekspolitasi anak dalam banyak tayangan TV merupakan pasar yang sangat baik dalam menjaga rating TV, terlihat banyak sekali kekerasan yang diciptakan oleh banyak film yang dianggap bukan masalah dalam kehidupan sehari-hari. Kekerasan demi kekerasan dianggap oleh masyarakat juga menjadi sebuah tayangan yang harus ditonton oleh para orang tua dan anaknya sehingga meciptakan budaya kekerasan kepada anak bukan masalah bagi orang tua untuk melakukan tindakan keras tidak mendidik anak bukan lagi masalah yang harus dibicarakan tetapi secara sadar atau tidak untuk dijalankan oleh orang tua guna mendidik anaknya.
Korban lainnya adalah anak-anak remaja yang masih dalam tahap pergulatan menjadi dirinya sendiri yang tanpa disadari olehnya mereka menjadi sebuah jajahan oleh TV. Tanpa disadari mereka telah menjadi robot yang terciptakan oleh kreasi-kreasi basi manusia yang seolah-olah sempurna dalam dunia jenaka yang selalu banyak disambut hangat oleh stasiun TV, coba kita lihat tayangan roman picisan dalam TV. Dengan jelas bahwa sekolah telah beralih fungsi dari tempat mencari ilmu menjadi tempat biro jodoh dimana cowok yang paling keren akan menjadi rebutan cewek2 disekolahnya dan mereka rela melakukan persaingan guna mendapatkan cowok itu, dan yang jadi masalah terbesar adalah cowok yang keren, tajir, dan perfectsionis itu ternyata bodoh dalam segala bidang mata pelajaran, Pelajaran yang ia bisa hanya membohongi orang tua dan mendapatkan banyak cewek dengan sejuta keindahannya dan keduanya itu mendapatkan nilai yang sempurna.
Belum lagi kekerasan yang ditayangkan itu berdampak sangat besar terhadap penonton, banyak kasus yang terjadi dinegara ini karna hantu TV. Stasiun TV dinegara kita merupakan stasiun terbanyak yang memproduksi sebuah kebohongan demi sebuah market yang mereka ciptakan sendiri. Mari kita telaah sebentar film produksi holywood yang komersial tapi ada sebuah penyampaian pesan dari film tersebut, Amerika membuat kampenye peduli lingkungan dengan film kartun penguin. Nyatanya film tersebut sangat bagus dalam rangka penyampaian pesan untuk kelestarian lingkungan, dan target dari film tersebut adalah penyadaran anak dari usia dini untuk menjaga alam dan tidak melakukan eksploitasi terhadap alam yang berlebihan.
Berbeda sekali dengan film produksi Indonesia yang masih berkecimpung dalam roman picisan, mistik,kekerasan, dan dogmatism. yang berlebihan dalam kehidupan sehari-hari masyarakat Indonesia saat ini. Tayangan-tayangan yang ada cenderung mencari keuntungan bukan pembelajaran yang dibutuhkan oleh masyarakat kita, dan memang hantu yang bernama TV tidak dapat membunuh kita secara langsung melainkan mengajarkan kepada kita untuk melakukan kegiatan yang ada dalam layar kaca kesayangan kita ini, dan kita yang menjadi hantunya dalam rutinitas kita yang sangat padat dan masuk akal ini, dan selamanya pula kita akan tetap terbius oleh hantu TV selama tayangan yang ada hanya tayangan roman picisan, mistik, kekerasan, dan dogma-dogma yang selalu dikemas dalam dunia komersil pertelevisian yang nyatanya tidak mendidik kita semua.
Jadi mulai sekarang kurangi jam menonton anda terhadap hantu yang bernama televisi, apalagi kalau tayangannya Cuma roman picisan, mistik, kekerasan, dan dogma-dogma saja. Tapi kita juga tidak harus menolak teknologi yang bernama televisi dan jangan jadikan diri kita sebagai hantu kecil dari produk-produk tayangan TV yang tidak dapat mendidik kita dan keluarga kita dirumah, dan kita juga ga bakalan mati gaya kalau kita ditinggalin dan ninggalin TV dan produk-produknya yang selama ini telah menjamur karna udah basi banget, jadi kalo lo masih ngikutin gaya kaya di TV lo, lo ga mau kan dibilang produk basian dari TV yang selalu lo tontonin atau dia yang nontonin lo pas lo udah tidur pules banget di depan TV sampe-sampe lo jadi bahan tontonan TV lo dan kalau dia bisa ketawa ama ngegosip dengan TV lain, pasti lo udah diketawain sama digosipin sama TV ke TV tetangga lo.
fadhel achmad..
Tidak ada komentar:
Posting Komentar